Tuesday, May 7, 2013

Mengasihi Allah

Mengasihi Allah adalah memiliki hubungan istimewa dengan Allah. Hubungan itu disertai dengan manifestasi-manifestasi perbuatan sebagai bukti dari adanya kasih itu. Kasih kepada Allah ini menghasilkan rasa bahagia, sukacita, rasa aman dan rasa percaya yang penuh. Mengasihi Allah bukanlah jasa atau usaha kita, melainkan merupakan balasan terhadap kasih Allah yang terlebih dahulu mengasihi kita. Sebagaimana firman-Nya mengatakan: “Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.”(1 Yoh 4:10)
Ajaran tentang kasih terbagi dalam dua bagian besar, yaitu kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama manusia. Ajaran tentang kasih ini didasari oleh dua hukum besar, yaitu hukum Torat dan hukum kasih. Sebelum kasih itu datang Hukum Taurat telah berfungsi untuk mencelikkan manusia akan dosa (Roma 3:20) dan menuntun manusia kepada iman (Gal 3:22-24).
 
Kedua hukum ini menjadi landasan pijak semua uraian dibawah ini ditambah dengan ayat-ayat pendukung lainnya. 
 
MENGASIHI ALLAH BERDASARKAN TUNTUTAN HUKUM TAURAT
Hukum Taurat atau Hukum Sepuluh atau juga disebut Sepuluh Perintah Allah adalah hukum-hukum yang diberikan oleh Allah kepada bangsa Israel. Hukum-hukum itu ditulis oleh Allah sendiri di atas gunung Sinai dan diberikan kepada bangsa Israel melalui Musa. Hukum-hukum pertama sampai dengan keempat mengatur hubungan antara manusia dengan TUHAN dan hukum yang kelima sampai dengan kesepuluh mengatur hubungan antar sesama manusia.
MENGASIHI ALLAH DENGAN MEMENUHI TUNTUTAN HUKUM PERTAMA
“Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.”(Kel 20:3) Larangan menyembah kepada Allah lain memberi indikasi bahwa pada waktu itu bangsa-bangsa di sekitar bangsa Israel pada beribadah kepada allah-allah palsu. Di samping itu larangan menyembah kepada allah lain ini membedakan bahwa hanya TUHAN yang benar-benar Allah. Allah lain dimaksud adalah segala sesuatu yang menarik perhatian, menarik hati, lekatan hati dan alamat seseorang untuk beribadah dan meminta sesuatu. Segala sesuatu yang tergolong penyembahan kepada allah lain yang harus dihindarkan adalah:
  • Penyembahan berhala (Yeh 20:18).
  • Pemujaan kepada nenek moyang (Gal 1:14).
  • Meminta pertolongan kepada arwah (Im 19:31).
  • Menghormati arwah orang-orang suci (Im 19:31).
  • Melakukan sihir (2 Taw 33:1-20).
  • Melakukan tenung (1 Sam 15:1-35).
  • Mempercayai takhayul (1 Tim 4:7).
Dalam kaitannya dengan berhala-berhala modern muncul pula istilah-istilah berikut:
  • Sekularisme (pemberhalaan hal-hal yang duniawi)
  • Nihilisme (pemberhalaan sesuatu yang sia-sia-sia). Misalnya dewa-dewi dll.
  • Nasionalisme/Chauvinisme (pendewaan bangsa)
  • Scientia (pemberhalaan ilmu pengetahuan)
  • Vitalisme (pemberhalaan hidup)
  • Mamonisme (pemberhalaan mamon)
  • Workaholik (pemberhalaan pekerjaan)
  • Panseksualisme (pemberhalaan seks)
  • Alkoholisme/Drugisme (pemberhalaan alkohol/obat-obatan)
  • dan lain-lain.
Barangsiapa mengasihi Allah, dia harus meninggalkan penyembahan kepada allah-allah lain dan berpaling kepada TUHAN, yaitu Allah yang sebenarnya.
Sebab TUHAN, Allahmulah Allah segala allah dan Tuhan segala tuhan, Allah yang besar, kuat dan dahsyat, yang tidak memandang bulu ataupun menerima suap; yang membela hak anak yatim dan janda dan menunjukkan kasih-Nya kepada orang asing dengan memberikan kepadanya makanan dan pakaian”Ul 10:17,18).
Sebab TUHAN maha besar dan terpuji sangat, Ia lebih dahsyat dari pada segala allah. Sebab segala allah bangsa-bangsa adalah hampa, tetapi TUHAN-lah yang menjadikan langit.Keagungan dan semarak ada di hadapan-Nya, kekuatan dan kehormatan ada di tempat kudus-Nya.”(Maz 96:4-6)
 
MENGASIHI ALLAH DENGAN MEMENUHI TUNTUTAN HUKUM KEDUA
Hukum kedua berbunyi: “Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku.”(Kel 20:4-6)
Patung yang dimaksud ialah barang tiruan dari suatu makhluk hidup di segala alam atau fantasi manusia tentang suatu makhluk. Patung itu mati dan tidak memiliki kuasa apa-apa, tetapi manusia menganggapnya sebagai tuhan, dipercaya dan disembah. Ini adalah suatu kebohongan dan penipuan, sebab patung itu sesunguhnya bukanlah TUHAN.
Oleh sebab itu TUHAN melarangan kita beribadah kepada patung, sebab:
  • Tidak mungkin patung itu menggambarkan pribadi Allah yang sebenarnya (Yes 40:18,25).
  • Tidak mungkin patung itu dapat mewakili Allah yang sesungguhnya (Kel 3:14).
  • Tidak mungkin Allah berkenan dipaksa tinggal di dalam sebuah patung (Yes 42:8).
  • Ikon atau patung-patung orang suci bukanlah Allah atau wujud Allah (Yoh 4:24).
PENYEMBAHAN YANG DIKEHENDAKI ALLAH
Firman Allah berkata: “Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.”
(Yoh 1:18) Perhatikan juga firman ini: “Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.”(Yoh 4:24)
Kedua ayat firman TUHAN di atas membuktikan bahwa pembuatan patung Allah itu salah, apalagi membuat patung dan disembah. Sebab bagaimana mungkin seseorang dapat mematungkan Allah, sedangkan Allah itu adalah Roh yang tidak mungkin dilihat oleh manusia?
Sesuai dengan pribadinya bahwa Allah adalah Roh, maka Allah pun menghendaki agar umat-Nya menyembah-Nya di dalam roh dan kebenaran. Apakah maksudnya menyembah Allah di dalam roh dan kebenaran?
  • Tidak mewujudkan Allah dalam bentuk apapun, sebab firman-Nya berkata: “Jadi dengan siapa hendak kamu samakan Allah, dan apa yang dapat kamu anggap serupa dengan Dia?Patungkah? Tukang besi menuangnya, dan pandai emas melapisinya dengan emas, membuat rantai-rantai perak untuknya. Dengan siapa hendak kamu samakan Aku, seakan-akan Aku seperti dia? firman Yang Mahakudus. (Yes 40:18,19,25)
  • Menyembah Allah dari kedalaman hati, bukan secara lahiriah. Misalnya memelihara hari-hari tertentu, bulan-bulan tertentu, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun (Gal 4:10) Hanya menggunakan bahasa tertentu, kostum tertentu, cara tertentu, arah tertentu dan sebagainya. Perhatikanlah firman-Nya ini: “Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.”(1 Sam 16:7)
  • Menyembah Allah hanya dengan pertolongan Roh Kudus, bukan dengan pertolongan roh-roh lain atau kepada roh-roh lain seperti yang dikatakan ayat ini: “Tetapi sekarang sesudah kamu mengenal Allah, atau lebih baik, sesudah kamu dikenal Allah, bagaimanakah kamu berbalik lagi kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin dan mau mulai memperhambakan diri lagi kepadanya?”(Gal 4:9)
  • Menyembah Allah dalam nama Tuhan Yesus, sebab Dia-lah gambar Allah yang sebenarnya. Sebagaimana firman-Nya mengatakan: “Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami.” (Yoh 14:9)
  • Semua perbuatan ibadah dilakukan atas dasar kebenaran firman Allah, bukan dengan kebenaran yang lain. Sebab firman-Nya berkata: “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran.”(Yoh 17:17)
MENGASIHI ALLAH DENGAN MEMENUHI TUNTUTAN HUKUM KETIGA
Hukum ketiga berbunyi: “Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.”(Kel 20:7)
Menyebut Nama Tuhan Allah sembarangan berarti menyebut nama-Nya tanpa hormat, tanpa tujuan rohani, tanpa segan dan tidak khidmat. Padahal Nama Allah itu Kudus. Firman-Nya berkata: “Mereka itu harus kudus bagi Allahnya dan janganlah mereka melanggar kekudusan nama Allahnya, karena merekalah yang mempersembahkan segala korban api-apian TUHAN, santapan Allah mereka, dan karena itu haruslah mereka kudus.”(Im 21:6)
Nama Allah layak disebut, dipanggil dan dimuliakan pada saat-saat ibadah, pada persekutuan-persekutuan, dalam pujian dan penyembahan, dalam doa dan permohonan dan dalam pengucapan syukur.
Contoh-contoh menyebut Nama Allah sembarangan yang harus dihindari:
  • Menggunakan nama-Nya untuk mengutuk (Kis 19:13-20).
  • Menggunakan nama-Nya untuk guna-guna atau tenung (Yeh 12:24).
  • Menggunakan nama-Nya untuk propaganda (Mat 7:21-23).
  • Menggunakan nama-Nya untuk bernubuat palsu (Yer 14:14).
  • Menggunakan nama-Nya untuk bersumpah palsu (Mat 5:33).
  • Menyebut nama-Nya dengan latah (Maz 99:3,5,9).
  • Menghujat nama-Nya (Mat 12:31).
  • Menyangkal nama-Nya (Mat 10:33).
  • Membungkam nama-Nya (2 Tim 1:8).
  • Tidak membayar nazar (Maz 50:14).
MENGASIHI ALLAH DENGAN MEMENUHI TUNTUTAN HUKUM KEEMPAT
Hukum keempat berbunyi: “Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.”(Kel 20:9-11)
Allah menghendaki agar kita, anak-anak kita, hamba-hamba kita, hewan pekerja kita dan orang asing yang ada bersama-sama dengan kita harus beristirahat. Beristirahat dan beribadah kepada Dia yang menciptakan kita. Orang asing dimaksud bisa berarti orang lain, saudara-saudara kita atau orang-orang yang tidak seiman dengan kita.
Sabat adalah hari ketujuh bagi Allah setelah menciptakan alam dan manusia. Sedangkan Sabat bagi manusia adalah hari pertama menikmati hidup. Perjumpaan antara hari ketujuh bagi Allah dan hari pertama bagi manusia merupakan kesempatan penting untuk mengikat perjanjian persekutuan secara turun-temurun dan kekal. Hari Sabat ditetapkan Allah menjadi hari perhentian dan hari persekutuan ibadah. Di sanalah ada persekutuan antara manusia dengan Allah, puji-pujian bagi Allah, ada pengucapan syukur, ada pesan-pesan Allah, ada pengakuan dosa dan pengampunan, ada doa dan permohonan, ada berkat yang dilepaskan Allah bagi manusia dan ada persekutuan antar sesama manusia. Persekutuan tiga dimensi antara manusia dengan sesamanya dan antara manusia dengan Allah kelak akan diabadikan dalam hukum kasih. Untuk itu maka Allah memerintahkan agar hari Sabat dikhususkan dan dikuduskan bagi-Nya dan bagi manusia.
Dalam Perjanjian Lama Musa memperingatkan dengan keras kepada setiap orang yang tidak menghormati Sabat, bahkan dengan ancaman hukuman mati. “Enam hari lamanya boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah ada perhentian kudus bagimu, yakni sabat, hari perhentian penuh bagi TUHAN; setiap orang yang melakukan pekerjaan pada hari itu, haruslah dihukum mati.”(Kel 35:2)
Perjanjian Lama tidak hanya mengenal hari Sabat, tetapi juga tahun Sabat dan tahun Yobel. Tahun Sabat adalah tahun ketujuh bagi tanah untuk beristirahat. Enam tahun lamanya engkau harus menaburi ladangmu, dan enam tahun lamanya engkau harus merantingi kebun anggurmu dan mengumpulkan hasil tanah itu, tetapi pada tahun yang ketujuh haruslah ada bagi tanah itu suatu sabat, masa perhentian penuh, suatu sabat bagi TUHAN. Ladangmu janganlah kautaburi dan kebun anggurmu janganlah kaurantingi. Dan apa yang tumbuh sendiri dari penuaianmu itu, janganlah kautuai dan buah anggur dari pokok anggurmu yang tidak dirantingi, janganlah kaupetik. Tahun itu harus menjadi tahun perhentian penuh bagi tanah itu. Hasil tanah selama sabat itu haruslah menjadi makanan bagimu, yakni bagimu sendiri, bagi budakmu laki-laki, bagi budakmu perempuan, bagi orang upahan dan bagi orang asing di antaramu, yang semuanya tinggal padamu. Juga bagi ternakmu, dan bagi binatang liar yang ada di tanahmu, segala hasil tanah itu menjadi makanannya.”(Im 25:3-7)
Selanjutnya engkau harus menghitung tujuh tahun sabat, yakni tujuh kali tujuh tahun; sehingga masa tujuh tahun sabat itu sama dengan empat puluh sembilan tahun. Lalu engkau harus memperdengarkan bunyi sangkakala di mana-mana dalam bulan yang ketujuh pada tanggal sepuluh bulan itu; pada hari raya Pendamaian kamu harus memperdengarkan bunyi sangkakala itu di mana-mana di seluruh negerimu. Kamu harus menguduskan tahun yang kelima puluh, dan memaklumkan kebebasan di negeri itu bagi segenap penduduknya. Itu harus menjadi tahun Yobel bagimu, dan kamu harus masing-masing pulang ke tanah miliknya dan kepada kaumnya. Tahun yang kelima puluh itu harus menjadi tahun Yobel bagimu, jangan kamu menabur, dan apa yang tumbuh sendiri dalam tahun itu jangan kamu tuai, dan pokok anggur yang tidak dirantingi jangan kamu petik buahnya. Karena tahun itu adalah tahun Yobel, haruslah itu kudus bagimu; hasil tahun itu yang hendak kamu makan harus diambil dari ladang.”(Im 25:8-12)
 
HARI SABAT DAN HARI MINGGU
Dalam Perjanjian Baru terjadi pergeseran pengudusan dari hari ketujuh (hari Sabat/Sabtu) ke hari pertama atau hari Minggu dengan pertimbangan bahwa:
  • Di atas telah dijelaskan bahwa hari ketujuh bagi Allah adalah hari pertama bagi manusia. Baik hari ketujuh maupun hari pertama Allah dan manusia sama-sama berkepentingan. Di dalamnya tidak ada yang salah. Allah berkepentingan untuk bersekutu dengan manusia. Di sana Dia dihormati dan dimuliakan, sedangkan manusia berkepentingan untuk diterima sebagai anggota keluarga Allah yang dirindukan kehadirannya dan diberkati sebagai anak-anak kesayangan-Nya.
  • Orang-orang Farisi keliru menafsirkan tentang Sabat dan penggunaannya. Tuhan Yesus katakan bahwa Sabat itu untuk manusia, bukan manusia untuk Sabat. Yang artinya bahwa Sabat itu digunakan oleh dan menurut keperluan manusia bagi kemuliaan Allah, bukan sebaliknya manusia diikat oleh hari Sabat bagi kemuliaan manusia sendiri. Oleh karena itu di samping beribadah dan beristirahat orang percaya dibenarkan melakukan perbuatn-perbuatan baik lainnya (Mat 12:12).
  • Hari pertama/hari Minggu adalah hari kemenangan Kristus dari maut. Hari kemenangan layak dirayakan dan dikuduskan. Secara negatip pengudusan hari Sabat berarti mensyukuri kematian Kristus, padahal yang dimaui Allah adalah bersyukur atas kemenangan-Nya (1 Kor 15;55-57).
  • Kristus adalah Tuhan atas hari Sabat. Sebagai Tuhan atas hari Sabat Dia berhak dan berkuasa penuh menggunakannya bagi kemuliaan Allah (Luk 6:5).
Dari antara gereja-gereja TUHAN yang ada Gereja Adven Hari Ketujuh tetap menggunakan hari Sabtu sebagai hari perhentian dan hari ibadah. Gereja Roma Katolik menetapkan bahwa baik hari Sabtu maupun Minggu keduanya syah digunakan sebagai hari ibadah. Oleh karena itu peribadatan pada hari Sabtu sore sama nilainya dengan ibadah minggu. Sedangkan di kalangan Gereja-gereja Protestan menggunakan hari Minggu sebagai hari perhentian dan hari ibadah.
Adakah persoalan hari ibadah? Tidak! Sebab TUHAN tidak dikuasai oleh hari atau waktu, melainkan hari atau waktu itu diciptakan dan ada di bawah kuasa Allah. Perhatikan firman ini: “Lalu kata Yesus kepada mereka: “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat.”(Mar 2:27,28)
 
MENGASIHI ALLAH  BERDASARKAN TUNTUTAN HUKUM KASIH
Yesus memerintahkan: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.”(Mar 12:30) Perintah ini agung, kudus dan mulia.Ada empat catatan penting dari perintah itu bahwa mengasihi Allah itu harus dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dengan segenap akal budi dan dengan segenap kekuatan kita. Keempatnya harus berjalan sejajar, bukan dengan menonjolkan yang satu dan mengabaikan yang lain.
Perkataan segenap berarti seutuhnya dan dengan sebulat-bulatnya. Pengertian kedua dari katasegenap adalah menempatkan Allah pada skala prioritas pertama dan utama. Jadi mengasihi Allah dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan berarti:
  • Menempatkan Allah di dalam kehidupan kita sebagai subyek kasih yang satu- satunya. Tidak ada yang kita kasihi lebih daripada Allah dan tidak ada unsur apapun juga yang dapat memisahkan kita dari Allah.
  • Menempatkan Allah sebagai yang nomor satu dalam segala perkara. Tidak ada unsur apapun yang setara dengan Allah dan tidak ada unsur apapun yang dapat menggeser posisi Allah di hadapan kita.
MENGASIHI ALLAH DENGAN SEGENAP HATI
Hati dimaksud bukanlah hati dalam artian harafiah. Secara harafiah hati adalah sebuah benda organ dalam tubuh kita yang berfungsi untuk menyaring darah dan menawarkan racun dalam tubuh.
Untuk dapat mengasihi Allah dengan segenap hati, maka kita harus mengerti terlebih dahulu, apakah hati manusia itu dan fungsi rohaninya.
Secara Alkitabiah yang dimaksud dengan hati adalah:
    1. Kepribadian, kehidupan batin, atau watak secara umum (Kej 20:5;Kel 9:14; 1 Sam16:7)
    1. Keadaan emosional. Misalnya sukacita atau kesusahan (Hak 18:20;1 Sam 1:8) 
    2. Kemauan atau maksud (1 Sam 2:35)
    3. Kegiatan-kegiatan intelek. Misalnya perhatian (Kel 7:23); pengertian (1 Raja 3:9)
 
FUNGSI HATI MANUSIA
    • Hati adalah tempat firman Allah. Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman TUHAN: Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.”(Yer 31:33)Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri. Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela.”(Roma 2:14,15) “Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka sesudah waktu itu,” Ia berfirman pula: “Aku akan menaruh hukum-Ku di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi merek,”(Ibr 10:16)
    • Hati adalah tempat Roh Kudus Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?”(1 Kor 3:16) Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: ‘ya Abba, ya Bapa!’”(Gal 4:6)
    • Hati adalah tempat Tuhan Yesus memerintah Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu, sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih.”(Ef 3:17) Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu.”(1 Pet 3:15,16)
    • Hati itu tempatnya iman Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.”(Roma 10:9,10)
    • Hati itu tempat menyimpan janji-janji Allah Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau. Terpujilah Engkau, ya TUHAN; ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku.”(Maz 119:11)
    • Hati itu tempat untuk mencari Allah Lalu berkatalah Samuel kepada seluruh kaum Israel demikian: “Jika kamu berbalik kepada TUHAN dengan segenap hati, maka jauhkanlah para allah asing dan para Asytoret dari tengah-tengahmu dan tujukan hatimu kepada TUHAN dan beribadahlah hanya kepada-Nya; maka Ia akan melepaskan kamu dari tangan orang Filistin.”(1 Sam 7:3) Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.”(Ibr 10:22)
    • Hati itu tempat menerima didikan Hai anakku, peliharalah perintah ayahmu, dan janganlah menyia-nyiakan ajaran ibumu. Tambatkanlah senantiasa semuanya itu pada hatimu, kalungkanlah pada lehermu.”(Ams 6:20,21)
    • Hati sebagai tempat berpikir Tetapi Yesus segera mengetahui dalam hati-Nya, bahwa mereka berpikir demikian, lalu Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu?”(Mar 2:8;Luk 5:22)
Kesimpulan: Mengasihi Allah dengan segenap hati berarti secara bulat kita menyediakan hati kita untuk sepenuhnya dikuasai oleh Roh Kudus. dan diperintah oleh Tuhan Yesus. Dengan hati kita memelihara iman, menaati hukum-hukum dan firman-Nya, memegang teguh janji-janji Allah, memikir-mikirkan jalan-Nya, memiliki kerelaan hati untuk dididik oleh Allah dan mempunyai kesediaan untuk mencari TUHAN.
MENGASIHI ALLAH DENGAN SEGENAP JIWA
Untuk dapat mengasihi Allah dengan segenap jiwa maka kita harus memahami terlebih dahulu, apakah jiwa itu? Jiwa berbeda dengan hati. Jiwa adalah kesatuan yang tak terpisahkan antara pikiran, perasan dan kehendak manusia. Apa yang tersimpan di dalam jiwa akan nampak dalam perilaku seseorang.
    1. Mengasihi Allah Dengan Pikiran
Secara psikologis pikiran berfungsi untuk mengenal fakta-fakta, untuk memahami suatu masalah, untuk menguraikan pendapat, untuk melakukan analisa dan sintesa terhadap suatu masalah, dan untuk mengevaluasi suatu tindakan. Tetapi secara rohani pikiran berfungsi untuk mengenal Allah melalui ciptaan-Nya dan melalui firman-Nya. Untuk memikir-mikirkan hal-hal baik dan memikir-mikirkan hal-hal yang rohani.
Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.”(Fil 4:8)
Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.”(Kol 3:1,2)
    1. Mengasihi Allah Dengan Perasaan
Secara psikologis perasan berfungsi sebagai alat bertimbang rasa dan untuk mempertimbangkan segala perkara sebelum mengambil keputusan. Tetapi secara rohani perasaan berfungsi untuk membina hubungan dengan sesama dan dengan TUHAN dan untuk menempatkan perasaan Kristus di dalamnya. Selebihnya adalah supaya kita menggunakan perasaan kita seperti perasaan yang terdapat juga di dalam Tuhan Yesus. Firman-Nya berkata: “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”(Fil 2:5-7)
Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati, dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat.”(1 Pet 3:8,9)
    1. Mengasihi Allah Dengan Kehendak
Kehendak atau kemauan adalah dorongan untuk melakukan sesuatu. Psikologi menyebutnya dengan motif. Motif berfungsi sebagai motor penggerak tingkah laku seseorang. Secara rohani motif tidak boleh diarahkan untuk kebebasan dan kepentingan sendiri. Mengapa? Karena kehendak manusia cenderung memanjakan kepentingan daging sehingga dapat menyebabkan dosa. Tuhan Yesus mengajar kita supaya menyerahkan kehendak kita kepada TUHAN. Bukan saja mengajarkan kepada kita di dalam Doa Bapa Kami, tetapi Dia sendiri menjadi modelnya. Dalam penderitaan-Nya di taman Getsemani Dia berdoa: “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.”(Mat 26:39)
    1. Kesimpulan
Mengasihi Allah dengan segenap jiwa berarti:
  • Menyerahkan pikiran kita untuk diisi dengan firman Allah, diisi dengan hal-hal yang baik, yang benar, yang mulia dan yang rohani. Memikir-mikirkan bagaimana melayani TUHAN lebih baik.
  • Mengisi perasaan kita dengan perasaan yang terdapat di dalam diri Tuhan Yesus, belajar memahami perasaan Allah, maksud dan pikiran-pikiran-Nya.
  • Menyelaraskan kehendak kita dengan kehendak Allah, bahkan menyerahkan segala kehendak kita kepada-Nya sebagaimana Tuhan Yesus taat kepada Bapa.
MENGASIHI ALLAH DENGAN SEGENAP AKAL BUDI
Akal budi merupakan salah satu unsur pembeda antara manusia dengan binatang, di samping roh dan moral. Kita ingat bagaimana kisah tentang Nebukadnezar dalam Daniel 4. Ketika Allah mengambil roh dari padanya, Nebukadnezar menjadi seperti binatang. Makan rumput, hatinya berganti menjadi hati binatang dan kehilangan akal budi, sehingga tidak memiliki kemampuan untuk menengadah ke langit sebagai tanda rohani untuk mengenal dan mengakui Allah.
Akal adalah ikhtiar, daya upaya atau usaha untuk mencapai sesuatu maksud. Budi adalah alat batin untuk membedakan baik-buruk, benar-salah, bermoral atau tidak bermoral, mulia atau hina, dsb. Budi berarti juga pikiran sehat, akal sehat; kebaikan, perbuatan baik.
Jadi, mengasihi Allah dengan segenap akal budi berarti:
  • Berusaha mengenal Allah dengan baik, dengan motivasi yang benar, menghindari hal-hal yang salah, mengejar hal-hal yang baik, yang benar dan yang sempurna.
  • Menundukkan akal pikiran kita di bawah rencana Allah. Terhadap hal-hal dan firman-Nya yang tidak masuk di akal bukan bagian kita untuk menghakimi, melainkan bertanya kepada Roh Kudus untuk memahami maksudnya.
  • Terhadap hal-hal yang mustahil dan tidak masuk di akal kita tidak mencari jawabnya dengan akal budi, melainkan dengan iman.
  • Mengenal Allah dengan baik dan benar juga dilakukan dengan berusaha untuk mengerti pribadi Allah, mau belajar firman-Nya dan mengikuti kehendak-Nya.
  • Berusaha mengenal Allah secara pribadi. Pengalaman Ayub telah menjadi kesaksian bagi kita untuk dapat mengenal Allah dengan benar. Tidak hanya berdasarkan kata orang saja atau karena tradisi agamawi semata-mata tetapi berusaha untuk menemukan sendiri. Pengalaman-pengalaman Ayub telah berhasil membuatnya menemukan jati diri Allah dengan pengakuannya:: “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.”(Ayb 42:5)
MENGASIHI ALLAH DENGAN SEGENAP KEKUATAN
Kekuatan berbicara tentang kemampuan pisik untuk melakukan suatu perbuatan. Ada empat hal penting dalam kaitan ini, yaitu bagaimana kita menyerahkan tubuh kita sebagai persembahan kepada Allah, bagaimana kita harus beribadah kepada Allah, bagaimana kita melakukan firman Allah dan bagaimana mengasihi Allah dengan kekuatan-kekuatan lain.
    1. Mengasihi Allah Dengan Mempersembahkan Tubuh
Rasul Paulus berkata: “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.”(Roma 12:1)
Wujud konkrit mempersembahkan tubuh itu adalah bagaimana melayani sesama dan melayani TUHAN atau pekerjaan TUHAN.
    1. Mengasihi Allah Dengan Hadir Dalam Peribadatan.
Pemazmur berkata: “Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau, karena hukum-hukum-Mu yang adil.”(Maz 119:164)
Daniel menulis: “Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya.”(Dan 6:11)
Tuhan Yesus berfirman: “Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: ‘Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.’”Mat 26:40,41)
    1. Mengasihi Allah Dengan Melakukan Firman-Nya
Kita mengenal istilah logos dan rema. Logos adalah firman Allah yang tertulis, yaitu Alkitab. Tetapi rema adalah perwujudan firman itu di dalam diri kita atau di dalam tubuh kita dan mewarnai tingkah laku kita.
Surat Yakobus menulis: “Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.”(Yak 2:17)
Tetapi firman ini sangat dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu, untuk dilakukan.”(Ul 30:14)
“Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.”(Yak 1:22)
              4.    Mengasihi Allah Dengan Kekuatan Lainnya
Mungkin saja orang telah beribadah dengan baik, telah melakukan firman dengan baik, tetapi tidak bisa melayani Allah dengan tubuhnya karena alasan tertentu. Dalam kondisi seperti itu orang bisa mengunakan kekuatan-kekuatannya yang lain. Misalnya kekuatan ekonomi.
Kota yang kuat bagi orang kaya ialah hartanya, tetapi yang menjadi kebinasaan bagi orang melarat ialah kemiskinan.”(Ams 10:15)
Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya.”(Ams 3:9)
MENGASIHI ALLAH DENGAN MEMENUHI TUNTUTAN FIRMAN YANG LAIN
Di samping mengasihi Allah menurut tuntutan hukum Taurat dan hukum kasih kita dapati juga tuntutan-tuntutan firman yang lain. Firman-firman itu bersifat mendukung, melengkapi, memperluas dan memperjelas hukum Taurat dan Hukum Kasih.
  1. Mengasihi Allah dengan melakukan perintah-perintah-Nya Jawab Yesus: “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.”(Yoh 14:23)
  1. Mengasihi Allah dengan mengasihi saudara Jikalau seorang berkata: “Aku mengasihi Allah,” dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya.”(1 Yoh 4:20,21)
  1. Mengasihi Allah dengan memuji-muji nama-Nya  Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau.”(Maz 145:10)
  1. Mengasihi Allah dengan membenci kejahatan Hai orang-orang yang mengasihi TUHAN, bencilah kejahatan! Dia, yang memelihara nyawa orang-orang yang dikasihi-Nya, akan melepaskan mereka dari tangan orang-orang fasik.” (Maz 97:10)
  1. Mengasihi Allah lebih dari segala-galanya Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.” (Mat 10:37)
  1. Mengasi Allah dengan tidak mengasihi dunia  Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.”(1 Yoh 2:15) Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Roma 12:2)
Mengasihi Allah dengan menggembalakan domba-domba-Nya
Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: ‘Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?’ Jawab Petrus kepada-Nya: ‘Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.’ Kata Yesus kepadanya: ‘Gembalakanlah domba-domba-Ku.’Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: ‘Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?’ Jawab Petrus kepada-Nya: ‘Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.’ Kata Yesus kepadanya: ‘Gembalakanlah domba-domba-Ku.’Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: ‘Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?’ Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: ‘Apakah engkau mengasihi Aku?’ Dan ia berkata kepada-Nya: ‘Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.’”(Yoh 21:15-17)


Src 

 
Design by Frits Hendrico Tarihoran | Bloggerized by fritshendrico - Premium Blogger Themes | Revivalist, History Maker